Postagens populares

Sidebar menu

RSS
Container Icon

Pages

MATA UANG ISLAM DAN REMPAH-REMPAH

Perkembangan niaga Islam pada abad ke-7 hingga ke-11 telah mencapai Eropa, Inggris, dan Rusia. Fakta ini dibuktikan dengan penemuan mata uang Islam yang tersebar di Rusia, Finlandia, Swedia, dan Norwegia. Terdapat juga peninggalan uang Islam di Inggris, Irlandia, dan Baltik, Skandinavia. Penemuan ini sebagai bukti betapa luasnya pengaruh ekonomi perdagangan dan budaya Islam di masa itu, di dunia Barat. Namun sejarah ini sangat langka diperoleh informasinya secara benar. Tidak berbeda sejarah mata uang yang pernah dikeluarkan oleh Kesoeltanan Mataram Yogyakarta, Kesoeltanan Banten dan yang lainnya, tidak pernah disejarahkan.
Peran aktif wirausahawan Nusantara tidak pernah dituturkan sama sekali dalam dunia perniagaan internasional. Padahal, rempah-rempah yang diperdagangkan di pasar Eropa, dihasilkan dari Nusantara Indonesia. Rempah-rempah itu juga merupakan komoditi perniagaan yang sangat penting dalam dunia niaga saat itu. Dampaknya, tempat dan jalan menuju ke pusat rempah-rempah dirahasiakan. Pengaruhnya, nama-nama kepulauan di Nusantara menjadi tidak tersebutkan dalam penulisan sejarahnya.
Barangkali, hal ini pula yang mengakibatkan Barat belum memahami betapa luasnya Nusantara Indonesia. Mereka hanya memahami nama wilayah India dan Cina. Apa yang sebenarnya yang disebut dengan India, Barat juga tidak mengetahuinya. Dampaknya dalam pandangan Barat terdapat banyak wilayah yang disebut dengan, India.
Barat baru memahami India dan Nusantara Indonesia atau saat itu disebut sebagai kepulauan India, setelah masuk abad ke-16, setelah benar-benar Barat atau Keradjaan Katolik Portugis masuk anak benua India. Ternyata, setelah sampai ke India, baru disadari India bukan pusat rempah-rempah yang sebenarnya.
Barat masih merasa perlu melanjutkan penguasaan wilayah, menuju ke Nusantara Indonesia sebagai wilayah penghasil rempah-rempah sebenarnya. Dikuasainya Malaka, 1511, sebagai pusat pasar Islam di Asia Tenggara yang menyuplai kebutuhan rempah-rempah dan berbagai komoditi produk Asia, India, dan Cina untuk dipasarkan ke pasar-pasar Timur Tengah dan Eropa. Kemudian mencoba meluaskan jajahannya dengan mendekati Kesoeltanan Todire, Ternate dan Ambon. Di wilayah ini pula, ditemuinya banyak wirausahawan Arab Muslim yang menguasai pemasaran rempah-rempah tersebut.
Sebagai catatan, J.C. Van Leur dalam Indonesian Trade Society-Perniagaan Indonesia dan Masyarakatnya menyatakan, Islam semula tidak memiliki lembaga dakwah khusus. Tetapi, Islam mengajarkan setiap Muslim untuk dapat bertindak sebagai propagandis atau dai yang mendakwahkan ajaran Islam, walaupun baru mengenal satu ayat. Oleh karena itu, wirausahawan Arab Muslim dan wirausahawan pribumi Muslim, menjadikan pasar-pasar di Nusantara Indonesia sebagai medan penyampaian ajaran Islam.
Pada umumnya sejarawan Barat sangat tahu tentang Yunani dan Romawi. Namun seolah-olah mereka tidak mau tahu dari mana pasar Yunani dan Romawi memperoleh komoditi produk negara-negara Asia dan Timur Tengah. Sepertinya dengan sengaja mereka tidak mau menyebutkan peranan niaga Arabia, mereka hanya memfokuskan perhatiannya ke India dan Cina.
Mungkinkah pasar Yunani dan Romawi yang berposisi di sebelah barat daya Mesir dan Arabia, dapat memiliki produk niaga dari Cina dan India, serta Nusantara Indonesia jika tanpa melalui pasar niaga di Arabia. Perlu dipahami, sebenarnya seluruh aktivitas perniagaan Timur Tengah tidak dapat dilepaskan hubungan dengan aktivitas niaga di Arabia. Dengan kata lain, pasar Arabia merupakan media pasar-pasar antara Cina, India, Nusantara Indonesia dengan Timur Tengah lainnya serta dengan pasar di Eropa.
Penguasaan Maritim, Pasar, Pesantren, dan Masjid
Kekuatan penyebaran Islam terletak pada (1) penguasaan pasar, (2) kemasjidan dan pendidikan, (3) kekuasaan politik atau kesultanan, (4) penguasaan maritim dengan niaga lautnya (5) kesadaran Hukum Islam. Dari kelima masalah ini, masalah maritim atau kebaharian, jarang dituliskan sejarahnya, oleh para sejarawan Muslim sendiri.
Dalam hal politik Islam pun, musuh Islam adalah penjajah Barat. Dalam menghadapi perlawanan bersenjata terhadap penjajah Barat, Islam Indonesia berhadapan dengan kerajaan-kerajaan imperialis Barat: Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis, dan Inggris. Dengan adanya perlawanan bersenjata terhadap penjajah Barat tersebut, menjadikan perkembangan Sejarah Islam Indonesia, tidak dapat dinilai sebagai Sejarah Lokal, melainkan sebagai Sejarah Internasional.
Dampak lanjut pengaruh perjuangan umat Islam Indonesia, membangkitkan kesadaran kesamaan sejarah dan sekaligus membangkitkan kesadaran nasional.
Para Ulama dan Santri berperan serta memimpin perlawanan bersenjata terhadap penjajah Barat. Dengan adanya kontak dengan Barat ini, periode Sejarah Islam Indonesia disebut sebagai Sejarah Modern Indonesia. Dan Sejarah Modern ini terjadi pada masa Wali Sanga.
GAMBAR-GAMBAR:
1. Mata Uang Dinar Kesultanan Goa 1669-1674 M
Garis tengah 0,98 cm – Koleksi Museum Nasional Jakarta
Sisi muka tertera huruf Arab: As Sultan Amir Hamzah, sisi belakang tertera huruf Arab: Haladaulah Malik wa Sultan Amin. Sampai dengan abad ke-17 M, para Sultan telah memiliki konsep gambar mata uang Islami. Bandingkan setelah proklamasi 17 Agustus 1945 walaupun Menteri Keuangan dan Direktur Bank Indonesia seorang Muslim, tidak pernah melahirkan gambar mata uang dengan gambar masjid atau prasasti Islami lainnya.
2. Mata Uang Perak VOC Tahun 1747 M
Garis tengah 2,3 cm – Koleksi Musem Nasional
Sisi muka bertuliskan huruf Arab dan Bahasa Arab: Al Jazirat Jawa Al Kabir dengan bunga Mawar di atasnya. Sisi belakang bertuliskan huruf Arab dan Bahasa Arab Indonesia: Derham min Kompeni Welandawi Artinya Dirham dari Kompeni Belanda. Pada abad ke-18 rakyat tidak mengenal huruf Latin hanya mengenal Huruf Arab berkat pengaruh Islam. Walaupun VOC penjajah tetap menghormati huruf rakyat jajahannya. Bandingkan mata uang RI, pernah terdapat Huruf Arab Melayu pada koin P. Diponegoro selanjutnya dihapuskan. Gambar mata uang RI, adanya deislamisasi gambar mata uang lebih banyak menggambarkan Candi Borobudur atau Candi Prambanan, walaupun mayoritas rakyat Indonesia adalah Islam. (Dikutip dari Buku Api Sejarah karya Ahmad Mansur Suryanegara penerbit Salamadani)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Penulis Majalah Al 'Ibar

1. Ust. Agus Andriyanto, Lc

2. Ust Rohmanto, Lc

3. Ust. Amri Suaji, Lc

4. Ust. Abdus Salam, Lc

5. Ust. Aris Munandar, S.S.

6. Ust. Ulin Nuha, S.Pd.I

7. Ust. Jarot Nugroho, S.Pd.I

8. Ust. Budi Setiawan, S.K.M.

9. Ustadzah Umi Hajar, Lc

Alamat Kantor Redaksi,Periklanan dan Pemasaran

Pondok Pesantren Hamalatul Quran

Kembaran RT 4, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 

Telp/Fax: 0274 372 602 

email: pesantrenhamalatulquran@gmail.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Tags

BTricks

BThemes