Postagens populares

Sidebar menu

RSS
Container Icon

Pages

Hujan dan shadaqah

Seperti kebiasaan di akhir hingga awal tahun, kembali kali ini bumi kita dibikin selalu basah oleh hujan. Dan seperti biasanya juga, di beberapa orang manusia ada yang mensyukurinya, namun juga ada yang kecewa atas kehadirannya. Tukang es, misalnya, sedari sebelum subuh mungkin ia telah mempersiapkan dagangannya sedemikian rupa. Setelah siap, ia harus menempuh tempat dagangannya yang terkadang lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Itu pun dengan berjalan kaki, karena mana mungkin gerobak esnya dinaikkan sepeda ontel, satu-satunya kendaraan yang ia miliki. Sesampai tempat jualannya, yaitu di depan sekolah SD yang ramai murid-muridnya, dan baru saja ia istirahat dan menyeka keringatnya, hujanpun turun mengguyur bumi. Kekecewaan pun muncul dari hatinya. Karena, dipastikan dagangannya hari ini pasti banyak...tidak lakunya. Rasa kesal, marah, dan perasaan dongkol pun dilampiaskan dengan kata-kata dan perbuatannya.
Lain dengan sahabatnya si penjual wedang ronde (sejenis minuman hangat). Ia sudah tersenyum senang karena dipastikan dagangannya hari ini akan laris manis. Dengan mantap, penjual ronde itupun melangkah mendorong gerobaknya menuju halte bus dekat sekolahan yang sedang ramai orang yang berteduh. Satu mangkuk, dua mangkuk, dan... ia begitu senang dengan rahmat turunnya hujan hari ini. Dagangannya laris manis, tak seperti biasanya di saat sang mentari tak berpenghalang menghangatkan bumi. Beruntung karena hari itu hujan begitu derasnya hingga sore hari.
Inilah manusia, selalu merasa hidup nyaman tatkala diberi nikmat oleh Allah, dan merasa hidup sempit dan tidak nyaman tatkala pemberian itu tak datang.
Dalam cerita di atas, terkadang kita juga merasakan apa yang dirasakan oleh penjual es, dan juga penjual wedang ronde. Kecewa dengan datangnya hujan, namun di saat lain bahagia dengan kedatangannya. Padahal, jika ingin kita gali lebih dalam betapa kita akan mendapatkan pelajaran berharga dari hujan.
Makhluk Allah yang satu ini tidak akan untung jika tidak menurunkan airnya ke bumi, pun tidak akan rugi jika menurunkannya. Ia hanya mendengarkan titah Allah untuk menahan atau menurunkan hujan. Tak ada imbalan yang ia peroleh kecuali karena ketaatannya kepada Allah. Ia hanya memberi, memberi, dan memberi kepada makhluk hidup Allah yang tidak mungkin hidup tanpa air darinya. Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu menjadi hidup, demikian firman Tuhannya.
Shadaqah sang hujan kepada para makhluk Allah tak memandang untuk siapa. Muslim, kafir, orang taat, orang durhaka, tua, muda, kaya, miskin, semua mendapatkannya secara gratis. Tanpa perlu sedia galon-galon air, maupun antri di jalanan. Pun, demikian dengan seluruh makhluk Allah selain manusia, semua mereka hidup untuk shadaqah, memberi kepada manusia, dan membantu kelancaran hidup mereka. Lihatlah sang mentari yang tak lelah memberikan cahayanya, pepohonan yang memberikan buah-buahan dan oksigennya, hewan-hewan yang bahkan memberikan jiwanya, agar daging mereka dapat dimakan oleh manusia, dan makhluk-makhluk lain yang selalu bershadaqah memberi manusia apa saja yang mereka punya, minimal keindahan 'tubuh' mereka untuk sekedar menjadi pemandangan manusia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Penulis Majalah Al 'Ibar

1. Ust. Agus Andriyanto, Lc

2. Ust Rohmanto, Lc

3. Ust. Amri Suaji, Lc

4. Ust. Abdus Salam, Lc

5. Ust. Aris Munandar, S.S.

6. Ust. Ulin Nuha, S.Pd.I

7. Ust. Jarot Nugroho, S.Pd.I

8. Ust. Budi Setiawan, S.K.M.

9. Ustadzah Umi Hajar, Lc

Alamat Kantor Redaksi,Periklanan dan Pemasaran

Pondok Pesantren Hamalatul Quran

Kembaran RT 4, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 

Telp/Fax: 0274 372 602 

email: pesantrenhamalatulquran@gmail.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Tags

BTricks

BThemes