Postagens populares

Sidebar menu

RSS
Container Icon

Pages

Yakin

Orang sakit tidak ragu untuk minum obat, yang rasanya pahit, meski ia disuguhi makanan atau minuman yang jauh manis dan enak rasanya. Tak hanya sampai pada hal itu, bahkan tak jarang ia rela berobat di tempat yang jauh dari rumahnya, pada seorang dokter yang diyakini mampu memberikan obat yang cocok dengan penyakitnya. Padahal, (mungkin) obat yang diberikan dokter kepadanya tak beda dengan obat yang diberikan dokter di dekat rumahnya. Namun, keyakinan memantapkan hatinya untuk lebih memilih dokter yang jauh itu, dari pada dokter dekat rumah, yang bahkan mungkin tanpa biaya kerana masih tetangganya.
Di saat lain, ada beberapa orang yang bekerja pada suatu tempat dengan gaji yang sangat jauh di bawah standar minimal pegawai namun ia nyaman bekerja di tempat itu. Ia tetap tak mau meninggalkan pekerjaannya tersebut, meski ada tawaran di tempat lain yang jauh lebih besar gaji bulanannya. Berbagai alasan dalam hal ini; karena atasan yang menyenangkan dan selalu menghargai pekerjaan, karena teman-teman yang menentramkan, karena tempat kerja yang dekat dengan rumah, karena gengsi yang tinggi di tempat kerja seperti itu, dan ada juga yang beralasan karena pengin ‘ngalap berkah’ di tempat kerjanya tersebut.
Inilah pentingnya kata ‘yakin’ di balik sebuah amalan. Orang yang hobi panjat tebing, akan cuek dengan perkataan seseorang yang berkata, “Dasar kurang kerjaan!” Demikian juga pemain bola tak akan menghiraukan seseorang yang berkata kepadanya, “Satu bola aja direbutin….” Bukan hanya hirau, mungkin ia sampai serius menerangkan kepada ‘komentator’ itu tentang pentingnya bermain bola. Mulai alasan ekonomi, budaya, sosial, bahkan politik, harga diri hingga loyalitas pada negara! (Mungkin Anda pun bisa berkata seperti itu).
Demikianlah keyakinan menggerakkan perbuatan. Dalam masalah keyakinan, manusia akan melakukan segalanya berdasar keyakinannya. Hal-hal yang kadang menurut orang lain tidak masuk akal, ide gila, serta aneh tetap keukeuh dilakukan karena dasar keyakinannya tersebut. Permasalahannya adalah, kalau keyakinannya baik, maka amalannya akan baik juga. Namun jika keyakinannya buruk, pastinya amalannya akan buruk juga. Nah, yang kedua inilah yang jadi masalah.
Banyak manusia yang jatuh ke dalam kebinasaan karena keyakinannya yang salah. Fir’aun menjadi manusia paling hina di muka bumi ini karena keyakinannya bahwa dia adalah Tuhan.
Bani Israil disebut oleh Allah sebagai para manusia yang sesat, dan mereka banyak yang masih dalam kekafirannya karena keyakinan mereka bahwa tak pantas Muhammad menjadi Nabi karena bukan dari keturunan mereka.
Para pengumpul harta, begitu rajin menumpuk hasil kekayaannya dan bakhil membelanjakannya di jalan Allah karena berkeyakinan bahwa harta akan mengekalkannya, dan harta akan menjamin kebahagiaan hidupnya.
Para penyubur tradisi nenek moyang yang berseberangan dengan tauhid dan ajaran Islam akan tetap dalam kesyirikannya, karena mereka yakin perbuatannya adalah hal yang mulia (padahal perbuatan terhina di muka Allah adalah kesyirikan).
Para penurut hawa nafsu dan syahwat akan selalu berada dalam kemaksiatannya atas dasar keyakinan sumber kebahagiaan dan kepuasan atau anggapan itu mata pencahariaan satu-satunya.
Namun, lihatlah orang-orang dermawan yang senang membelanjakan hartanya di jalan Allah, orang-orang yang senang melakukan shalat, orang-orang yang berdzikir dan membaca Al Quran. Lihat juga, orang-orang yang ringan dalam membantu sesamanya, meski dirinya pun pantas dibantu. Juga, orang-orang yang melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, dan berusaha menjaga dirinya agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang tidak disukai Allah.
Terkadang perbuatan mereka ini menurut orang lain seakan merugikan harta, keluarga, kehormatan, jabatan bahkan harga dirinya. Namun, ada keyakinan mantap di hatinya tatkala melakukan perbuatan ini.mereka begitu yakin, bahwa amalannya tidak akan sia-sia. Harta, diri, waktu, tenaga, dan segala yang ia keluarkan untuk Allah pasti berbalas kebahagiaan abadi. Yaitu, balasan langsung dari Allah Penguasa dirinya dan seluruh jagat raya ini. Di akhirat sana, ada surga yang abadi selama-lamanya, sebagai ganti dari seluruh amal shalihnya. Ia yakin dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.” (QS. Al Kahfi 107-108)
Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang berobsesi terhadap akhirat, dan tidak terlena dengan kehidupan dunia yang fana ini. Allahummahdinaa…@ Rohmanto

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Penulis Majalah Al 'Ibar

1. Ust. Agus Andriyanto, Lc

2. Ust Rohmanto, Lc

3. Ust. Amri Suaji, Lc

4. Ust. Abdus Salam, Lc

5. Ust. Aris Munandar, S.S.

6. Ust. Ulin Nuha, S.Pd.I

7. Ust. Jarot Nugroho, S.Pd.I

8. Ust. Budi Setiawan, S.K.M.

9. Ustadzah Umi Hajar, Lc

Alamat Kantor Redaksi,Periklanan dan Pemasaran

Pondok Pesantren Hamalatul Quran

Kembaran RT 4, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 

Telp/Fax: 0274 372 602 

email: pesantrenhamalatulquran@gmail.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Tags

BTricks

BThemes