Yang dimaksud Masjidil Haram meliputi Ka’bah, tempat thawaf di sekelilingnya, dan bangunan maupun halaman untuk shalat, termasuk meliputi pula semua bagian perluasan yang dimulai pada masa Umar ibn al-Khattab sampai Raja Fahd ibn Abdul Aziz sekarang ini.
Keutamaan Masjidil Haram
Dari Abu Dzar radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa dia berkata, “Wahai Rasulullah, masjid apakah yang dibangun pertama kali di muka bumi ini? Rasulullah menjawab, “Masjidil Haram.” Lalu apa lagi?”, tanyaku kembali. Beliau menjawab, “Masjidil Aqsha?”. Berapa lama antara keduanya?” timpalku. “40 tahun” kata Rasulullah. (HR. Muslim, al Masajid, (1161))
Menurut Ibnu al-Qayyim, yang dimaksud dengan pembangunan Masjidil Aqsha tersebut ialah pembangunan yang dilakukan oleh Nabi Ya’kub ibn Ishaq ‘alaihimassalam, yang kemudian direnovasi kembali oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam.
Sedangkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dikisahkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Shalat di masjidku ini adalah 1000 kali lebih utama daripada shalat di masjid selainnya, kecuali Masjidil Haram. Karena shalat di Masjidil Haram ialah lebih utama 100 ribu kali daripada shalat di masjid lain.” Shalat di Masjidil Haram keutamaannya sama dengan shalat di tempat lain selama 55 tahun-6bulan-20 malam.
Penataan Shaff di sekitar Ka’bah
Pada mulanya, dahulu orang shalat bersama imam di belakang Maqam Ibrahim. Namun, lama kelamaan dirasa semakin sempit, sehingga menuntut Khalid ibn Abdullah al Qusary, yaitu Gubernur Mekah (wafat 120 H) untuk menata dan menertibkan shaff orang-orang shalat. Perbuatan ini mendapat dukungan dari ulama-ulama besar dari tabi’in dan para ulama salaf yang shalih. Maka diteruskanlah upaya baik menata shaff tersebut.
Setelah perluasan Saudi pertama dan kedua, sulit bagi orang-orang yang shalat untuk melihat langsung Ka’bah sebab kadang-kadang terhalang bangunan atap, tempat sa’i, halaman sekitar masjid, dan lain sebagainya. Sehingga mengharuskan pemerintah Kerajaan Saudi di bahwa komando Raja Fahd untuk memberi garis melingkar di lantai pada sekeliling dan sekitar Ka’bah guna memudahkan orang-orang yang shalat membuat shaff menghadap Ka’bah.
Perluasan Masjidil Haram Sepanjang Sejarah
Masjidil Haram tidak terdapat dinding pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maupun pada masa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Sekelilingnya diliputi oleh halaman, dan pada masa Umar (17 H/639 M) dirasa oleh penduduk semakin sempit, maka ia membeli halaman untuk memperluas Masjidil Haram. Ketika ada sebagian orang berusaha mencegah jual beli tersebut, Umar berkata, “Kalian semua memang diturunkan di Ka’bah, tetapi Ka’bah tidak diturunkan untuk kalian, melainkan karena keabadiannya.” Kemudian, uang untuk membayar harga halaman tersebut dikumpulkan di lemari Ka’bah, lalu diambilnya. Umar-lah orang orang yang pertama kali memberi dinding atau tembok di sekeliling Masidil Haram, membuat pintu-pintunya, dan melapisi lantai tempat thawaf dengan batu-batu kerikil.
Setelah itu Perluasan Masjidil Haram berlangsung sepanjang gerak zaman, hingga yang dilakukan oleh Raja Abdullah saat ini. Hingga pada perluasan Saudi II yaitu pada masa Raja Fahd luas permukaan dasar 19.000 m persegi yang mencakup ruang bawah tanah, lantai dasar, lantai atas dan lantai atap. Sehingga luas keseluruhan tempat shalat menjadi 76.000 m persegi. Luas total dengan halaman menjadi 278.000 m persegi yang dapat menampung 694 ribu jamaah.
Halaman sekitar Masjid
Berdasarkan petunjuk dari Raja Fahd ibn Abdul Aziz, maka halaman yang mengelilingi Masjidil Haram disiapkan untuk dapat menampung jemaah shalat. Oleh karena itu, lantainya dibuat marmer dingin bercorak bundar dan bergaris untuk shaff shalat, serta dilengkapi dengan sistem pencahayaan yang cukup.
Pintu-pintu Masjidil Haram
Ketika kaum Quraisy masih menempati rumah-rumah di sekitar thawaf dekat Ka’bah, mereka sengaja membiarkan gang-gang antar rumah untuk keluar masuk ke tempat thawaf dan Ka’bah. Namun, ketika Umar ibn Al-Khattab memperluas Masjidil Haram, beliau membangun dinding atau tembok di sekeliling Masjid dan membuatkan pintu-pintu, yang kemudian ditambah dan diperbanyak hingga sekarang ini, setelah perluasan yang dilakukan oleh Raja Fahd jumlahnya mencapai 95 buah pintu, termasuk yang ada di terowongan bawah tanah, lantai dasar, lantai atas, tangga, penyeberangan di tempat sa’i, dan jembatan masuk di arah Syamiyyah. Penomorannya dimulai dari Babul Malik Abdul Aziz (Pintu Raja Abdul Aziz) yaitu nomor 1 dan seterusnya hingga berakhir di pintu nomor 95 pada bangunan perluasan Raja Fahd yaitu Sullam Malik Abdul Aziz (tangga Raja Abdul Aziz).
Akan tetapi, perlu diingatkan juga bahwa penomoran tersebut belum termasuk pintu-pintu yang dibuka belakangan ini, yaitu pintu masuk pada jembatan di samping Bab Bani Syaibah (Pintu Bani Syaibah) di tempat sa’i, dan beberapa pintu yang dibuka di Marwa.
Menara Masjidil Haram
Bangunan Masjidil Haram memiliki 9 menara, 8 diantaranya berada pada pintu masuk utama, seperti Babul Malik Abdul Aziz, Babul Fath, Babul Umrah, dan Babul Malik Fahd. Sedangkan satu menara lagi berada di samping Shafa, yaitu pada tempat permulaan sa’i. setiap menara dibangun di atas fondasi seluas 7 meter persegi dan di tengahnya terdapat tangga melingkar menuju ke duan balkon menara, yang dapat digunakan suatu saat bilamana perlu. Menara tersebut terbagi ke dalam 6 bagian dengan ketinggian masing-masing sebagai berikut.
Tangga Elektronik
Pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz, telah dibangun tangga-tangga elektronik untuk melayani jamaah yang ingin shalat di lantai atas dan lantai atap. Jumlahnya ada 7 buah, dengan luas 375 m persegi, yaitu di Babu Ajyad dan Shafa, di Marwa, Babul Fath, di al-Syamiyyah, dan di samping bangunan perluasan kedua. Setiap tangga mengangkut rata-rata 1500 orang/jam.
Pusat Pendingin Udara
Telah dibangun sentral pendingin udara untuk bagian bangunan perluasan kedua dan lantai dasar tempat sa’i yang berjarak 600 m dari Masjidil Haram, yaitu di Jalan Ajyad. Sentral tersebut terdiri dari gedung 6 tingkat yang dilengkapi dengan sistem pendingin udara canggih. Udara dingin disalurkan lewat terowongan yang menghubungkan antara sentral dengan satuan-satuan pendingin udara pada bangunan perluasan dan disalurkan pula ke satuan-satuan pendingin udara yang terdapat pada tiang-tiang Masjid.
Toilet dan Tempat Wudhu
Toilet dan tempat wudhu untuk lelaki dan perempuan dibangun secara terpisah, masing-masing terdiri dari dua lantai di bawah tanah, yaitu yang berada di halaman pasar kecil (depan Babul Mailik Abdul Aziz), dan yang dekat dengan halaman Marwa yang luas keseluruhannya mencapai 14.000 m persegi. Toilet dan tempat wudhu tersebut didesain mengikuti model terbaru, dan dilapisi dengan marmer, serta dilengkapi pula dengan tempat untuk ganti baju baik di tempat wudhu laki-laki maupun perempuan. Selain itu terdapat pula beberapa toilet dan tempat wudhu di arah Syamiyyah Masjid.
Saluran dan Penampungan Air
Masjidil Haram terletak di tengah lembah, oleh karena itu, aliran air akibat hujan dan lain sebagainya sangat membahayakan bangunan Masjid. Maka Umar ibn al-Khattab dan para khalifah sesudahnya sepanjang masa selalu berupaya untuk mengantisipasi bahaya banjir akibat aliran air yang akan menggenang di lembah. Sehingga Raja Fahd ibn Abdul Aziz memerintahkan untuk melaksanakan proyek besar dalam hal ini guna mengalihkan aliran air sekaligus membuat tempat penampungannya di terowongan bawah tanah.
Terowongan Bawah Tanah untuk Kendaraan
Untuk menghindari kemacetan lalu lintas, dibuatlah terowongan sepanjang 1500 m yang terbentang dari jembatan Syubaikah sebelah Barat sampai ke jembatan Abi Qubais di sebelah Timur. Dilengkapi empat terminal, sistem pencahayaan, pengaturan udara, dan kamera pemantau yang baik.
(Dikutip dari Buku Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani)
Masjidil Haram
06.58 |
Label:
pesona tanah suci edisi kedua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Penulis Majalah Al 'Ibar
1. Ust. Agus Andriyanto, Lc
2. Ust Rohmanto, Lc
3. Ust. Amri Suaji, Lc
4. Ust. Abdus Salam, Lc
5. Ust. Aris Munandar, S.S.
6. Ust. Ulin Nuha, S.Pd.I
7. Ust. Jarot Nugroho, S.Pd.I
8. Ust. Budi Setiawan, S.K.M.
9. Ustadzah Umi Hajar, Lc
Alamat Kantor Redaksi,Periklanan dan Pemasaran
Pondok Pesantren Hamalatul Quran
Kembaran RT 4, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Telp/Fax: 0274 372 602
email: pesantrenhamalatulquran@gmail.com
Diberdayakan oleh Blogger.
Tags
- ayat kauniyah edisi keempat (1)
- ayat kauniyah edisi keenam (1)
- ayat kauniyah edisi ketiga (1)
- dinamika dakwah edisi kedua (1)
- dinamika dakwah edisi keempat (1)
- dinamika dakwah edisi keenam (1)
- dinamika dakwah edisi ketiga (1)
- ibadah shahihah edisi kedua (1)
- ibadah shahihah edisi keempat (1)
- ibadah shahihah edisi keenam (1)
- ibadah shahihah edisi ketiga (1)
- iklan edisi ketiga (1)
- kabar pondok edisi kedua (1)
- kabar pondok edisi keempat (1)
- kabar pondok edisi keenam (1)
- kabar pondok edisi ketiga (1)
- keluarga sakinah edisi kedua (1)
- keluarga sakinah edisi keempat (1)
- keluarga sakinah edisi keenam (1)
- keluarga sakinah edisi ketiga (1)
- kiat sehat edisi kedua (1)
- kiat sehat edisi keempat (1)
- kiat sehat edisi keenam (1)
- kiat sehat edisi ketiga (1)
- kiat sukses edisi kedua (1)
- kiat sukses edisi keempat (1)
- kiat sukses edisi keenam (1)
- kiat sukses edisi ketiga (1)
- Kisah Hadits edisi kedua (2)
- Kisah Hadits edisi keempat (1)
- Kisah Hadits edisi ketiga (1)
- kisah Quran edisi kedua (1)
- kisah Quran edisi keempat (1)
- kisah Quran edisi keenam (1)
- kisah Quran edisi ketiga (1)
- kisah salaf edisi kedua (1)
- kisah salaf edisi keempat (1)
- kisah salaf edisi keenam (1)
- kisah salaf edisi ketiga (1)
- konsultasi syariah edisi kedua (1)
- konsultasi syariah edisi keempat (1)
- konsultasi syariah edisi keenam (1)
- konsultasi syariah edisi ketiga (1)
- pesona tanah suci edisi kedua (1)
- pesona tanah suci edisi keempat (1)
- pesona tanah suci edisi keenam (1)
- pesona tanah suci edisi ketiga (1)
- refleksi edisi kedua (1)
- refleksi edisi keempat (1)
- refleksi edisi keenam (1)
- refleksi edisi ketiga (1)
- salam redaksi edisi keempat (1)
- salam redaksi edisi keenam (1)
- salam redaksi edisi ketiga (1)
- sejarah islam nusantara edisi kedua (1)
- sejarah islam nusantara edisi keempat (1)
- sejarah islam nusantara edisi keenam (1)
- sejarah islam nusantara edisi ketiga (1)
- wanita shalihah edisi kedua (1)
- wanita shalihah edisi keempat (1)
- wanita shalihah edisi keenam (1)
- wanita shalihah edisi ketiga (1)
0 komentar:
Posting Komentar