Kita mengetahui bahwa para laba-laba adalah “insinyur-insinyur” pembuat jaring, dengan keajaiban arsitektur dan rekayasanya. Mereka juga merupakan mesin-mesin pembunuh yang memiliki kemampuan untuk: membuat perangkap, membangun sarang di bawah air, memburu mangsa dengan lasso, melepaskan racun, melompat ratusan kali lebih tinggi dari tubuhnya sendiri, membuat benang-benang yang lebih kuat daripada baja dalam tubuhnya sendiri, menyamarkan diri selama berburu. Kita akan menjumpai keajaiban-keajaiban lainnya jika kita mengamati struktur tubuhnya serta sifat-sifat yang dimilikinya.
Banyak keistimewaan pada semua tubuh laba-laba yang menjadi bukti bahwa mereka itu diciptakan, antara lain: sisir-sisir yang berfungsi seperti pabrik tenun, laboratorium-laboratorium penghasil bahan kimia, organ-organ pencernaan yang sangat ampuh, indra yang mampu merasakan getaran yang sangat kecil, taring yang kuat untuk menyuntikan racun, dan lain-lain. Melihat semua sifat ini, laba-laba menjadi pengingkar terhadap teori evolusi dan sekali lagi meruntuhkan hipotesis menggelikan yang bernama kejadian kebetulan.
Mari kita amati organ-organ laba-laba dan keistimewaan-keistimewaannya.
Tubuhnya
Secara mendasar, tubuh laba-laba terdiri dari dua bagian, kepala dan dada yang menyatu (cephalothorax), serta perut. Kepala dan dada memiliki delapan mata, delapan kaki, dua taring bisa dan dua peraba. Pada ujung perut yang lembut dan elastik terdapat cerat pemintal dan lubang-lubang untuk sistem pernafasan. Cephalothorax dan perut dihubungkan oleh batang kecil yang disebut “pedicel”. Tidak ada mahluk lain yang pinggangnya seramping laba-laba. Melalui batang yang ukurannya kurang dari 1 mm ini dilewatkan alat pencernaan, pembuluh-pembuluh darah, pipa-angin, dan sistem syaraf. Kasarnya, terdapat sistem linier khusus yang menghubungkan kedua bagian tubuh laba-laba ini. Saluran-saluran tersebut membentuk suatu hubungan antara mekanisme luar biasa yang ada dalam struktur tubuh laba-laba (kelenjar-kelenjar bisa, kelenjar-kelenjar penghasil sutera, keseluruhan sistem syaraf tubuh, sistem pernafasan, dan sistem sirkulasi darah) dan otak.
Kaki-kaki Yang Berdayaguna
Laba-laba memiliki empat pasang kaki yang membuatnya mampu berjalan dan memanjat bahkan pada kondisi yang paling sulit sekalipun. Tiap-tiap kaki terdiri dari tujuh bagian. Pada masing-masing ujung kaki terdapat rambut-rambut yang disebut sebagai “scopula”. Berkat inilah laba-laba dapat berjalan pada dinding atau dalam keadaan terbalik.
Konstruksi khusus dari kaki laba-laba tidak sekedar membuatnya mampu berjalan di permukaan yang tidak datar. Meskipun matanya tidak melihat dengan baik, karena konstruksi kakinya lah ia dapat bergerak dengan nyaman di malam hari. Beberapa spesies laba-laba hanya dapat mengindra keberadaan cahaya, atau dengan kata lain hanya memiliki 10 persen daya lihat manusia. Namun meskipun demikian, laba-laba dapat membuat jaring dan bergerak di dalam jaring tersebut pada malam hari dengan mudahnya.
Laba-laba berjalan tanpa menginjak bagian-bagian jaring yang lengket, dan hanya menginjak bagian-bagian yang kering. Karenanya pula laba-laba mampu lolos dari kejaran musuh. Meskipun sempat menginjak bagian yang lengket, dan ini pun jarang terjadi, suatu cairan khusus mencegah kaki-kakinya melekat ke bagian lengket. Tiap ujung sisir yang dikenal sebagi cerat pemintal ditutupi oleh ratusan spigot. Sutera cair yang dihasilkan kelenjar-kelenjar dalam perutnya, dikeluarkan dari tubuh melalui cerat ini dan dipintal dalam bentuk sutera.
Kemampuan-kemampuan indera superior
Kecuali laba-laba pelompat, kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang buruk, dan hanya dapat melihat dalam jarak dekat. Kelemahan yang sangat tidak menguntungkan mahluk pemburu ini diimbangi oleh sistem peringatan dini yang sensitif.
Sistem peringatan tersebut bekerja berdasarkan indera peraba. Tubuhnya ditutupi rambut-rambut yang sangat sensitif terhadap getaran. Setiap rambut terhubung ke ujung syaraf. Getaran-getaran akibat sentuhan, atau bahkan suara dan bau, merangsang rambut-rambut ini. Getaran rambut-rambut mengaktifkan ujung-ujung syaraf. Syaraf-syaraf ini selanjutnya menyampaikan pesan ini ke otak. Dengan cara ini laba-laba dapat waspada bahkan terhadap getaran paling kecil sekalipun.
Laba-laba tidak dapat mendeteksi keberadaan mangsa yang tidak bergerak. Namun dengan menafsirkan getaran-getaran yang disebabkan mahluk-mahluk hidup, ia dapat mendeteksi posisi korban di dalam jaringnya. Jika tidak sepenuhnya yakin akan posisi mangsanya, ia memastikannya dengan jalan mengetuk-ngetuk dan dengan menggoyangkan jaringnya. Dari getaran-getaran yang dihasilkan, ia dapat menentukan lokasi mangsanya.
Jika seekor laba-laba kehilangan sebuah kakinya, beberapa lama kemudian akan tumbuh penggantinya. Kaki yang baru lebih pendek dari kaki asalnya. Laba-laba tersebut tidak menggunakan kaki ini untuk berjalan, bahkan tidak membiarkannya menyentuh tanah. Fakta menunjukkan bahwa laba-laba dapat berjalan dengan nyaman walau hanya dengan setengah jumlah kakinya, yakni empat kaki saja. Satu-satunya alasan bagi tumbuhnya kaki baru ini, meskipun pendek, adalah kebutuhannya akan rambut-rambut penginderanya.
Taring-taring Pemompa Racun
Laba-laba memiliki dua taring ampuh di depan matanya. Taring-taring ini merupakan senjata yang digunakan laba-laba untuk berburu dan mempertahankan diri. Di belakang masing-masing taring terdapat kelenjar bisa yang menyemprotkan racun maut. Jika laba-laba ingin membuat mangsanya tak berkutik, ia menancapkan taringnya ke tubuh mangsanya. Kemudian memompakan bisanya ke tubuh korbannya melalui lubang-lubang di taringnya.
Laba-laba juga menggunakan alat maut yang menakutkan ini untuk membangun sarangnya dan untuk mengangkat benda-benda kecil. Di sisi kedua taring terdapat alat peraba yang disebut pedipalp. Laba-laba menggunakannya untuk memeriksa korban yang tertangkap dalam jaring.
Susunan kimia bisa laba-laba ampuh untuk membunuh serangga. Agar tidak membahayakan, bisa ini disimpan di tempat yang terisolasi secara khusus. Taring laba-laba juga sangat fungsional. Mekanisme pemompaan bisa yang terletak di dalam taring tajam ini memudahkan pemindahan bisa ke tubuh korban. Dengan demikian, taring ini berfungsi sebagai senjata kimia sekaligus sebagai senjata fisik. Hal ini sekali lagi menunjukkan bahwa setiap bagian tubuh laba-laba memiliki perencanaan yang khusus, yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep-konsep kebetulan, mutasi, atau mekanisme evolusioner khayal lainnya.
Pelumpuhan Mangsa Dan Sistem Pencernaan
Laba-laba membungkus rapat binatang-binatang yang tertangkap dalam jaringnya dengan benang khusus. Benang ini dibuatnya setelah korban benar-benar terjerat pada jaringnya. Selanjutnya, ia menancapkan taringnya dan menyuntikkan bisanya untuk membunuh mangsanya.
Laba-laba hanya dapat mencerna cairan. Partikel kecil yang lebih dari seperseribu milimeter disaringnya dengan rambut-rambut di sekitar mulutnya. Maka laba-laba harus mencairkan jaringan tubuh serangga sebelum dapat mencernanya. Karena itulah laba-laba membagi-bagi jaringan tubuh mangsanya dengan enzim-enzim pencerna. Setelah cukup encer, dihisapnya cairan ini dengan sistem penghisap yang sangat kuat. Sebagai contoh, setelah membunuh seekor lebah, laba-laba Misumenoides Formosiges membuat dua lubang. Satu di kepala atau leher, dan yang lainnya di perut. Kemudian ia menghisap habis cairan dalam tubuh lebah tersebut melalui lubang-lubang ini.
Laba-laba mencampur jaringan yang dihisapnya dengan cairan pencerna di dalam tubuhnya. Ketika gaya vakum dalam tubuh korban melewati kekuatan hisapnya, laba-laba mengendorkan otot-otot penghisap di sekitar perutnya. Ini memberi peluang bagi cairan pencerna dari tubuh laba-laba untuk masuk ke bagian lain dari tubuh lebah serta melarutkannya. Kemudian laba-laba menghisap pada lubang lain di bagian perutnya. Rotasi penghisapan terus berjalan hingga tubuh laba-laba menjadi kosong sama sekali. Selain sebagai sumber makanan, tubuh lebah tersebut juga menjadi bagian dari sistem pencernaan laba-laba - sebagai sistem tambahan sementara. Akhirnya, tubuh lebah menyerupai cangkang telur yang kosong; tak ada yang tersisa kecuali cangkangnya.
Serangga bukanlah satu-satunya mangsa laba-laba. Katak, tikus, ikan, ular, atau burung kecil bisa menjadi korbannya. Laba-laba yang dikenal sebagai “laba-laba burung” bahkan cukup ampuh untuk menangkap dan mencerna kelinci dan anak ayam.
Laba-laba Yang Berjalan Di Air
Laba-laba air memiliki struktur tubuh khas yang memungkinkannya berjalan di atas air. Pada tiap ujung kaki laba-laba terdapat jalinan tebal beludru yang terdiri dari rambut-rambut yang berlapiskan lilin anti-air. Ini memungkinkannya berjalan di atas air tanpa tenggelam. Daya apungnya sedemikian tinggi sehingga dapat berjalan nyaman di atas air meskipun berat tubuhnya 25 kali lebih besar lagi.
Ketika berjalan di atas air, laba-laba air menggunakan kaki belakangnya sebagai kemudi. Kaki tengahnya untuk bergerak, sedangkan kaki depannya yang lebih pendek untuk menangkap mangsa. Laba-laba air bergerak demikian cepat sehingga dengan tiba-tiba dapat melompat kedepan sejauh satu meter di atas permukaan air. Artinya, ia bergerak secepat perahu-motor. (Harun Yahya, Menjelajah Dunia Laba-laba)
KEAJAIBAN PENCIPTAAN LABA-LABA
18.55 |
Label:
ayat kauniyah edisi ketiga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Penulis Majalah Al 'Ibar
1. Ust. Agus Andriyanto, Lc
2. Ust Rohmanto, Lc
3. Ust. Amri Suaji, Lc
4. Ust. Abdus Salam, Lc
5. Ust. Aris Munandar, S.S.
6. Ust. Ulin Nuha, S.Pd.I
7. Ust. Jarot Nugroho, S.Pd.I
8. Ust. Budi Setiawan, S.K.M.
9. Ustadzah Umi Hajar, Lc
Alamat Kantor Redaksi,Periklanan dan Pemasaran
Pondok Pesantren Hamalatul Quran
Kembaran RT 4, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Telp/Fax: 0274 372 602
email: pesantrenhamalatulquran@gmail.com
Diberdayakan oleh Blogger.
Tags
- ayat kauniyah edisi keempat (1)
- ayat kauniyah edisi keenam (1)
- ayat kauniyah edisi ketiga (1)
- dinamika dakwah edisi kedua (1)
- dinamika dakwah edisi keempat (1)
- dinamika dakwah edisi keenam (1)
- dinamika dakwah edisi ketiga (1)
- ibadah shahihah edisi kedua (1)
- ibadah shahihah edisi keempat (1)
- ibadah shahihah edisi keenam (1)
- ibadah shahihah edisi ketiga (1)
- iklan edisi ketiga (1)
- kabar pondok edisi kedua (1)
- kabar pondok edisi keempat (1)
- kabar pondok edisi keenam (1)
- kabar pondok edisi ketiga (1)
- keluarga sakinah edisi kedua (1)
- keluarga sakinah edisi keempat (1)
- keluarga sakinah edisi keenam (1)
- keluarga sakinah edisi ketiga (1)
- kiat sehat edisi kedua (1)
- kiat sehat edisi keempat (1)
- kiat sehat edisi keenam (1)
- kiat sehat edisi ketiga (1)
- kiat sukses edisi kedua (1)
- kiat sukses edisi keempat (1)
- kiat sukses edisi keenam (1)
- kiat sukses edisi ketiga (1)
- Kisah Hadits edisi kedua (2)
- Kisah Hadits edisi keempat (1)
- Kisah Hadits edisi ketiga (1)
- kisah Quran edisi kedua (1)
- kisah Quran edisi keempat (1)
- kisah Quran edisi keenam (1)
- kisah Quran edisi ketiga (1)
- kisah salaf edisi kedua (1)
- kisah salaf edisi keempat (1)
- kisah salaf edisi keenam (1)
- kisah salaf edisi ketiga (1)
- konsultasi syariah edisi kedua (1)
- konsultasi syariah edisi keempat (1)
- konsultasi syariah edisi keenam (1)
- konsultasi syariah edisi ketiga (1)
- pesona tanah suci edisi kedua (1)
- pesona tanah suci edisi keempat (1)
- pesona tanah suci edisi keenam (1)
- pesona tanah suci edisi ketiga (1)
- refleksi edisi kedua (1)
- refleksi edisi keempat (1)
- refleksi edisi keenam (1)
- refleksi edisi ketiga (1)
- salam redaksi edisi keempat (1)
- salam redaksi edisi keenam (1)
- salam redaksi edisi ketiga (1)
- sejarah islam nusantara edisi kedua (1)
- sejarah islam nusantara edisi keempat (1)
- sejarah islam nusantara edisi keenam (1)
- sejarah islam nusantara edisi ketiga (1)
- wanita shalihah edisi kedua (1)
- wanita shalihah edisi keempat (1)
- wanita shalihah edisi keenam (1)
- wanita shalihah edisi ketiga (1)
0 komentar:
Posting Komentar